Rabu, Februari 18, 2009


[ Senin, 16 Februari 2009 ]
Ponari, Rasputin, dan Dukun Di Belanda
Oleh: Endang Suryadinata 

Berakhir sudah praktik pengobatan oleh Ponari. Jatuhnya empat korban tewas karena tidak terkendalinya antrean warga membuat pemerintah daerah, kepolisian setempat, dan keluarga menutup tempat praktik pengobatan Ponari di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang pada 10 Februari 2009 (Jawa Pos, 11/2/2009). 

Bisa dipastikan, upaya penutupan itu justru akan memberikan peluang bagi sebagian orang untuk memberi bumbu misterius Ponari. Dengan demikian, rasa penasaran atau rasa ingin tahu masyarakat justru kian terdongkrak. Apalagi, di tengah harga obat kian mahal dan layanan medis tidak sampai ke desa-desa, kehadiran Ponari diyakini menjadi berkah tersendiri.

Lepas dari semuanya, fakta bahwa Ponari mengundang antusiasme publik, yang kemudian diliput media, bahkan menjadi "headline" utama koran dan televisi, sungguh merupakan fenomena menarik. Sudah pasti popularitas Ponari membuat cemburu para caleg atau capres. 

Bayangkan, Ponari pun tidak perlu harus merogoh kocek untuk biaya iklan politik. Meski tanpa iklan, ribuan orang terus berniat menemui sang dukun. Bagi banyak orang yang mendatangi Ponari, si dukun itu terbukti mau bertindak (mau menyembuhkan penyakit dsb) daripada caleg atau capres yang hanya menebar janji.

Uniknya, Ponari datang dari Jombang. Selama ini Jombang dikenal gudangnya keunikan. Kita pernah punya Presiden Gus Dur yang konon ilmu makrifatnya sudah selevel dengan para wali. Seperti kita tahu, Gus Dur berasal dari Jombang. 

Belum lama ini, ada sosok Ryan, si pembunuh kejam. Sedangkan Ponari menjadi pelengkap karena sosok satu ini dikenal sebagai penyembuh. Bahkan, bisa diprediksi, sosok Ponari akan setenar Rasputin, dukun dari Rusia yang kisahnya banyak dijadikan buku, novel, atau judul lagu.

Rasputin 

Grigori Yefimovich Rasputin (10 Januari 1869-29 Desember 1916) adalah legenda Rusia pada masa-masa akhir Dinasti Romanov. Rasputin memainkan peran penting pada masa Tsar Nicholas II, istrinya Tsarina Alexandra, dan satu-satunya putranya, Tsarevich Alexei, menderita hemofilia. 

Rasputin, sebagaimana Ponari, dapat menyembuhkan penyakit fisik maupun mental. Dia dapat dipandang sebagai salah seorang tokoh kontroversial pada sejarah abad ke-20, meski Rasputin kini dipandang oleh para sejarawan hanya sebagai kambing hitam. Dia memainkan peran kecil, namun penting pada jatuhnya Dinasti Romanov yang akhirnya membawa kemenangan Bolshevik dan didirikannya Uni Soviet.

Ketika Grigori Rasputin dibunuh pada 1916, kaum konservatif Rusia yang mencemaskan pengaruh Rasputin pada istri Tsar membunuhnya pada 29 Desember 1916. Ada yang menyebut bahwa dia juga dikastrasi, walaupun laporan resmi otopsi menyatakan bahwa alat kelaminnya masih utuh. 

Pada 2004, Igor Knyazkin, kepala pusat penelitian prostat di Russian Academy of Natural Sciences, mengumumkan bahwa dia membuka sebuah museum erotik di St. Petersburg. Di antara barang yang dipertunjukkan, menurut Knyazkin, adalah penis Rasputin yang panjangnya 29 cm dan beberapa surat Rasputin. Tetangga saya, orang-orang Belanda, memang amat doyan dengan kisah dukun seperti Rasputin atau Ponari ini.

Belanda 

Boleh jadi karena pernah menjajah Indonesia, hingga saat ini cukup banyak warga Belanda suka juga memperbincangkan sepak terjang atau fenomena dukun. Bahkan, posisi dukun dalam masyarakat Belanda saat ini cukup signifikan. Meski kemajuan iptek dan logika manusia Belanda sudah terkenal di seantero dunia, ilmu klenik atau peran dukun di Belanda masih punya tempat tersendiri.

Memang, ilmu klenik atau perdukunan dan berbagai hal yang irasional tidak pernah sungguh-sungguh punah dalam masyarakat Barat, termasuk Belanda, sebagaimana hal ini juga terjadi di Arab Saudi. Padahal, pada abad pertengahan, gereja pernah membakar hidup-hidup para dukun yang dianggap membahayakan iman Katolik. 

Seiring perkembangan iptek pada abad 19, justru cukup banyak orang (khususnya awam, bukan ilmuwan) di Belanda yang justru merasa terasing dari perkembangan iptek. Iptek dianggap sebagai entitas yang absurd, sulit, bahkan amat rumit. 

Kenyataan itu membuka ruang bagi ilmu klenik, yang bagi banyak orang justru merupakan ilmu yang praktis. Hal tersebut sudah berlangsung sejak dekade 1960-an. Kita tentu ingat akan aksi kaum "hippies" seperti pentolan The Beatles yang rela lari ke India untuk menimba sesuatu yang berbeda dari dunia Barat.

Malah jangan kaget, sebagaimana ada fenomena "terkun" atau dokter dukun yang pernah ramai menjadi polemik di tanah air, di Belanda pun ada kasus serupa. Dokter itu kemudian dicopot dari profesinya. Pasalnya, dia mengobati pasiennya yang kebetulan seorang artis beken Belanda dengan pengobatan ala dukun dan mengabaikan standar medis Barat.

Tentu saja fenomena dukun itu tak selalu direspons dengan baik. Buktinya, selama satu abad lebih di Belanda ada "Vereniging tegen Kwakzalverij" atau Organisasi Anti Ilmu Klenik.

Sikap anti itu jelas senada dengan sikap berbagai kalangan di tanah air yang tidak menyukai Ponari atau dukun mana pun. Namun, terlepas dari pro dan kontra, sejarah dunia, termasuk sejarah kita, terbukti lebih "colorful" dengan kehadiran para dukun. 

Mungkin saja, 2009 yang merupakan tahun politik di negeri kita, seiring pileg dan pilpres, akan memunculkan pula dukun-dukun politik. 

Endang Suryadinata, peminat sejarah Indonesia-Belanda, alumnus Erasmus Universiteit Rotterdam
Selengkapnya...